TIMIKA – DPRD Kabupaten Mimika mengapresiasi kehadiran Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan laboratorium pembibitan babi yang sudah dijalankan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan). Melalui program inseminasi buatan (IB) dari laboratorium pembibitan babi, peternak bisa mendapat bibit babi dalam jumlah yang banyak dan berkualitas.
Meski demikian, dewan berharap dinas terkait juga bisa memperhatikan pangsa pasar IB babi. Hal itu terungkap dalam kunjungan kerja Komisi B DPRD Mimika ke UPT dan laboratorium pembibitan babi di Kampung Naena Muktipura (SP6), Rabu (17/03/2022).
Anggota Komisi B DPRD, M Nurman S Karupukaro meminta pembibitan babi lebih dimaksimalkan lagi dengan melengkapi sarana prasarana serta pemasaran. Menurutnya, masyarakat masih sangat awam dengan IB. Meskipun dari sisi kualitas dan kuantitas lebih baik namun masyarakat lebih memilih babi yang diternakkan secara tradisional.
Sebab babi yang dikembangkan pemerintah secara moderen belum terlalu diterima oleh masyarakat karena taringnya dihilangkan dan lemak yang lebih sedikit. “Ini ada perbedaan, ke depan kita minta dinas ini lebih protektif supaya sesuai standar yang masyarakat mau,” ungkapnya. Meski demikian, Politisi Partai Gerindra ini mengapresiasi program pembibitan babi lewat UPT, namun harus lebih disosialisasikan lagi kepada masyarakat karena terkait dengan teknologi.
Hal yang sama juga diungkapkan, Mathius Uwe Yanengga, dimana Mimika sangat potensial dalam mengembangkan peternakan babi. Sebab Mimika menjadi penyangga untuk wilayah pegunungan tengah Papua tidak hanya sembako tapi juga hasil ternak termasuk babi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Penerapan teknologi di bidang peternakan menurutnya sangat membantu peternak. Namun ia meminta dinas terkait lebih intensif dalam melakukan sosialisasi. “Dinas memang sudah berbuat yang terbaik untuk masyarakat, namun sosialisasi kepada masyarakat ini yang masih kurang, jadi kalau bisa nanti kita anggarkan sosialisasi untuk kelompok binaan ini,” ungkapnya.
Kabid Bina Usaha pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan), Agustinus Mandang mengatakan bahwa sampai saat ini jumlah babi yang ada di kandang UPT ini adalah 24 ekor. 20 ekor diantaranya adalah anakan babi, bakal induk ada 4 ekor dan pejantan produktif sebanyak 3 ekor.
Inseminasi buatan lanjut Agustinus bisa melayani masyarakat peternak di luar UPT. Namun keberhasilan IB juga harus didukung oleh pengetahuan peternak dalam mengenali ciri-ciri babi yang siap untuk dikawinkan seperti alat kelamin bengkak, merah dan berlendir. Nantinya peternak dapat menghubungi petugas yang sudah disiapkan per wilayah. “Selama ini keberhasilan program inseminasi buatan ini luar biasa, sekali suntik anakanya di atas 10 ekor,” jelasnya.
Lewat program inseminasi buatan lanjutnya, memang ada prosedur yang ditempuh seperti menghilangkan ekor maupun gigi babi. Secara teknis di peternakan skala besar ini ekor dipotong tidak menganggu proses penyuntikan inseminasi buatan dan pemotongan gigi taring babi adalah agar babi tidak melukai puting ibu. Oleh karena itu siasatnya adalah memotong gigi taring babi.
Agar program inseminasi buatan ini bisa terus dirasakan manfaatnya oleh masyarakat maka tambah Agus, pihaknya berharap agar pemerintah bisa terus mendukung kegiatan yang prioritas dari program ini. Kegiatan untuk menunjang operasional laboratorium bisa lebih didukung juga oleh legislatif. “Kegiatan untuk menunjang di sini (UPT dan laboratorium pembibitan babi) lebih didukung lagi, ini yang prioritas supaya kita lebih semangat lagi,” jelasnya. (*)
Komentar