TIMIKA – Komisi B DPRD Mimika siap mendorong pengembangan di bidang pertanian, tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Guna melaksanakan dukunganya ini, Ketua Komisi B DPRD Rizal Pata’dan dan para anggotanya, Tanzil Asharie, Anthon Pali, Mery Pongutan dan Mathius Uwe Yanengga melakukan kunjungan kerja ke sentra pertanian di SP7 dan Iwaka.
Dalam kunjungan kerja, Rabu (17/03/2022) Komisi B didampingi langsung Kepala Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Hortikultura, Alice Irene Wanma serta kepala-kepala bidang dan para penyuluh pertanian.
Kunjungan kerja dilakukan di Kampung Mulia Kencana (SP7) di kelompok tani sabar menanti, kelompok tani adem dan kediaman petani Orang Asli Papua (OAP),
Berkat Murib.
Ketua Komisi B, Rizal Pata’dan mengatakan
tujuan pihaknya melakukan kunjungan kerja dengan mitra adalah agar ke depan bisa lebih bersinergi dengan mitra di Komisi B dalam rangka mendukung bidang pertanian ini.
“Kita melihat secara langsung apa yang dibutuhkan oleh petani, kendala di lapangan. Kita sudah lihat mulai dari penggilingan padi, penanaman padi sudah lihat hasilnya, kopi, kami juga sudah dapat banyak masukan dari Bu kadis pertanian, supaya sentra pertanian kita akan tingkatkan,” jelasnya.
Politisi Partai Golkar ini mengatakan untuk mendukung bidang pertanian banyak hal yang harus dilihat mulai dari pengadaan pupuk, benih dan sekaligus untuk perluasan lahan pertanian. Hal ini harus dilakukan karena sampai saat ini daerah masih bergantung pasokan pangan dari luar baik dari pulau Jawa maupun Sulawesi.
Untuk itulah, ke depan harus digalakkan swasembada pangan. Untuk maksud ini, pihaknya siap mendorong supaya dalam peningkatan produksi pertanian bisa tingkatkan. Hal ini juga kata dia sejalan dengan program presiden dan selama ada pandemi covid-19 terjadi reses global. Di mana sendi kehidupan ditopang oleh kegiatan masyarakat terutama UMKM, Jika diperkuat di bidang pertanian ini, maka masyarakat tidak akan terlalu terkena dampak pandemi global.
Lanjut Rizal, untuk melaksanakan dukunganya terhadap bidang pertanian memang belum maksimal sebab selama ini komunikasi dengan dinas masih kurang. “Tapi ke depan kita lebih bersinergi, komunikasi lintas OPD, untuk menunjang kegiatan pertanian harus sejalan seperti dengan dinas pertanian, peternakan, koperasi, PU. OPD Teknis ini kita harus bersinergi,” ungkapnya.
Dikatakan Rizal, pemerintah sendiri dalam hal ini dinas pertanian sudah cukup maksimal untuk melakukan tupoksinya untuk peningkatan bidang pertanian. Salah satu yang sudah dilakukan yakni di bidang tanaman pangan seperti padi. Untuk proses penggilingan padi, ia sendiri sudah melihat dilakukan oleh petani di SP7. Walaupin masih pribadi kelompok tani dan dalam jumlah kecil, ini bisa saja terserang hama. Untuk itulah, harus dikumpulkan dalam jumlah yang besar. “Mau tidak mau kita harus dukung dan galakkan ini. Kami pernah studi banding di Bantaeng, kalau dilihat di sini pola tanam atau cara tanam merata, seharusnya ada ukuran-ukuran tertentu agar bibit bisa leluasa tumbuh, ada ruang untuk petani jalan, untuk membersihkan lahan sawah,” jelasnya.
Agar program pengembangan di bidang pertanian bisa maju, Rizal berharap agar OPD teknis ini yang mengusulkan, karena fungsi penganggaran ada di dewan. Nantinya tanggung jawab komisi B untuk mendorong supaya betul-betul ini bisa dilaksanakan, karena tidak ada gunanya juga membuat konsep kalau mubazir saja. “Harus berkelanjutan juga didorong OPD teknis juga harus terus mendampingi, edukasi petani,” ujarnya.
Sementara itu, Tanzil Asharie mengatakan
bagaimana komisi B dalam penganggaran fokus untuk bidang. Seperti pertanian dan peternakan, ia harap rekan-rekanya di Komisi B banyak yang masuk di Banggar DPRD agar mendorong anggaran ini untuk fokus di bidang-bidang tadi dan kurangi belanja rutin. “Pertegas perbanyak dana dan kurangi program belanja,” jelasnya.
Anggota Komisi B lainya, Anthon Pali mengatakan sudah ada program dari dinas yang dibuat ini harus diketahu oleh Komisi B. Ketua Komisi B kata dia harus pertahankan program usulan ini, dan pertahankan usulan dinas ini. “Harus sama-sama agar konsepnya bisa sama antara legislatif dan dinas. dari perencanaan, ini Khan kita ada studi banding usahakan komunikasi dengan baik agar bisa bersama-sama. Ibu kadis punya tanggung jawab untuk peran ini,” ungkapnya.
Menanggapi usulan dari para dewan, kepala dinas Alice Irene Wanma mengatakan sampai saat ini di Timika lahan pertanian sudah siap, seperti di SP 5 ada 500 hektare untuk sawah namun ada kesalahan irigasi dan tidak ditanami. Petani kata dia pintar, ketika tanam padi tidak jadi maka tanam sayur lebih cepat laku. “Kta terus lewat tenaga penyuluh memberikan motivasi dan edukasi untuk petani ini semangat bertanam. Jenis tanaman pangan, unggulan yakni padi, jagung dan kedelai. Tinggal kedelai yang belum bisa karena curah hujan tinggi tidak maksimal hasilnya,” jelasnya.
Lanjutnya, untuk tanaman hortikultura, buah-buahan dan sayur mayur di Timika, jambu kristal tanah cocok ditanam. Hal ini bisa dilihat di penjual buah, banyak sudah tidak datang dari luar, cuma kekurangan bibit-bibit dan pihaknya harus rencanakan dan anggaran. “Mudah-mudahan budget anggaran kami disetujui. kendala kami ini pupuk, kami melihat itu pupuk-pupuk mana yang cocok dan berkualitas. Kami ingin tumbuhan berkualitas,” ungkapnya.
Dikatakannya, sampai saat ini di Timika, jumlah sawah yang ada mulai tahun 2015 di SP 5 Kampung Limau Asri Barat. Ada 400 hektare, bantuan dari pusat juga APBD namun sudah tiga tahun tidak ada penanaman dan produksi padi masih dibawah standar. Petani kini lebih banyak ke sayuran. Kalau seandainya produksi sudah mencapai 4 ton ke atas maka petani bisa fokus juga untuk tanam padi. Kebutuhan dalam satu tahun sendiri antara 2 sampai 3 ton. Dan jagung yang ada saat ini ada sekitar 600 hektare yang didukung dari APBD untuk bantuan bibit saja. Jagung sendiri dibutuhkan banyak oleh peternak. Namun saat ini hanya memipil saja tanpa pengolahan. Belum bisi haluskan. Panen 2 ton jagung langsung diserap dalam bentuk biji, dihaluskan oleh petani dengan harga 8000 per kg.
Khusus untuk padi, saat ini ada 50 hektare yang masih ditanami padi di SP 7. Maka untuk Timika sendiri belum bisa swasembada pangan khususnya padi hanya sebatas untuk konsumsi.
“Ke depan kami rencanakan untuk perbaikan irigasi di SP 5, namun kami edukasi dulu para petani. Selain tanaman pangan ada hortikultura, perkebunan, pengadaan Sapras untuk mendukung tiga bidang lain. Kekurangan yang ada, kita lihat mana yang sangat prioritas. Taruh sedikit demi sedikit,” paparnya.
Ditambahkan Alice, yang menjadi kendala di bidang pertanian juga adalah jumlah penyuluh pertanian yang masih sangat kurang. “Kita juga masih kurang tersebar di kota, pesisir dan gunung belum ada. ada 25 orang saja di 6 distrik. Ke depan kita berikan mereka penyuluh terbang, ke depan ada anggaran juga untuk transport dan makan. Apakah cukup juga untuk bibit sedangkan di kota saja masih kurang. di pegunungan paling umbi-umbi dan sayur-sayuran dan di pesisir sagu dan ikan,” kata Alice. (*)
Komentar