oleh

Kerugian Capai Belasan Miliar Rupiah Akibat Wabah Demam Babi di Mimika

TIMIKA, pojokpapua.id – Wabah demam babi afrika atau African Swine Fever (ASF) yang diperkirakan sudah terjadi sekitar dua bulan terakhi telah menyebabkan ribuan ekor babi mati. Secara ekonomi, wabah ini langsung dirasakan dampaknya karena kerugian yang dialami peternak mencapai belasan miliar Rupiah.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Mimika, drh Sabelina Fitriani mengungkapkan berdasarkan data per Kamis (15/2/2024) jumlah babi yang dilaporkan mati akibat ASF sebanyak 1.176 ekor. Dengan rata-rata kematian per hari bisa mencapai 100 ekor.

Dinas Peternakan Mimika telah melakukan berbagai upaya penanganan. Salah satunya memfasilitasi penguburan babi yang terserang ASF. Lokasinya berada jauh dari pemukiman untuk menghindari adanya penyebaran virus. Sebelum dikuburkan, babi disemprot menggunakan disinfektan.

Selain itu, serum dan vaksin hog cholera juga dibagikan gratis kepada peternak. Meski efektifitasnya hanya 30 persen namun, upaya ini diharap bisa meminimalisir penyebaran dan tingkat kematian babi. Sebab sampai saat ini belum ada vaksin atau obat untuk ASF.

Untuk itu ditegaskan Sabelina, cara yang paling efektif adalah meningkatkan biosecurity. Peternak sudah harus tegas dan memperketat aktifitas di kandang dengan tidak mengizinkan siapapn masuk ke kandang apalagi sesama peternak karena itu bisa membawa virus. Peternak juga harus menerapkan pola hidup bersih ketika ke kandang.

Wabah ini dikatakan Sabelina memberi dampak besar pada ekonomi peternak. Jika harga babi diratakan Rp 10 juta per ekor maka kerugian dari total babi yang mati bisa mencapai belasan miliar Rupiah. “Virus ini tidak menular ke manusia, tapi ini menimbulkan kerugian ekonomi terutama bagi peternak karena mortalitasnya 100 persen,” tegasnya.

Peternak yang terdampak dikatakan Sabelina, tidak boleh terburu-buru kembali mengisi kandang dengan bibit baru. Pasalnya virus bisa bertahan selama 300 hari pada kotoran. Jadi kandang harus diistrahatkan minimal enam bulan itupun harus dibersihkan secara rutin menggunakan sabun dan cairan pembersih.

“Kita harap peternak bersabar, kalau babinya sudah habis jangan langsung diisi, harus tunggu lama untuk memastikan tidak ada lagi virus. Suatu saat kalau sudah selesai, bukan berarti tidak kena lagi, virus yang tertinggal di kandang akan timbulkan wabah kembali,” ujar Sabelina.

Kalupun peternak ingin kembali beternak, maka harus membangun kandang di lokasi baru yang jaraknya jauh dari wilayah yang terpapar virus. Apabila dilakukan di wilayah terdampak apalagi berderetan maka itu sangat rentan.

Peternak yang masih bertahan, diharapkan melakukan penyuntikan serum dan vaksin. Petugas dari dinas kata dia, memang tidak lagi melayani penyuntikan untuk menghindari penyebaran. Keuali jika ada peternak yang sama sekali tidak bisa menyuntik sendiri maka akan dipilih petugas yang steril.

Semakin mewabahnya ASF di Mimika, juga membuat beberapa kabupaten sekitar waspada. Dinas Peternakan Mimika kata Sabelina, tidak lagi mengizinkan pengiriman babi baik dalam kondisi hidup maupun daging olahan ke luar Mimika. Seperti Wamena dan Puncak yang selama ini memasok babi dari Timika.(*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed