oleh

Sanggar Wania Imipi Kesulitan Pasarkan Produk Ukiran dan Noken

TIMIKA, pojokpapua.id –  Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Mimika sebagian besar menghasilkan produk ukiran patung dan noken. Namun, produk lokal mereka ini ternyata belum mendapat apresiasi dari masyarakat. Pelaku UMKM di Timika sampai saat ini masih sangat kesulitan memasarkan produk.Salah satunya Sanggar Wania Imipi yang berlokasi di Jalur 1 Kelurahan Kamoro Jaya SP 1.

Ketua Sanggar Wania Imipi, Nicolaus Mutaweyau, Jumat (13/10/2023) menyebut sanggar yang ia dirikan ini sudah berumur 12 tahun dan beranggotakan 20 orang. Para anggota membuat ukiran patung yang terbuat dari kayu besi. Juga ada kerajinan anyaman berupa noken.

Semua bahan  diambil dari alam. Dari 10 orang anggota laki-laki, hanya 4 orang sebagai pengukir. Adapun motif yang biasa diukir yakni patung leluhur adat. Sementara untuk anyaman baik noken maupun tikar dibuat dari rumput teme’.

Dengan banyaknya produk baik patung maupun noken dan tikar yang dihasilkan ini, jelas Nocolaus, banyak yang tidak laku terjual dan terpaksa hanya disimpan saja. “Pemasaran macet. Kalau ada kegiatan baru kami bisa jual. Kendala tidak ada yang bantu untuk menjual produk. Jadi produk yang dihasilkan ditinggalkan saja begitu,” jelas Nicolaus.

Melihat lesunya produk lokal yang terjual, Nicolaus berharap pemerintah harus membantu untuk mempromosikan produk UMKM mereka. “Pemerintah itu benar-benar harus bantu kami, banyak ini barang yang tidak terjual,” jelasnya.

Lanjut Nicolaus, untuk harga patung berkisar di angka Rp 500.000-Rp 300.000 tergantung ukuran. Anyaman tikar Rp 2 juta-Rp 500.000 dan noken dari Rp 200-Rp 50 ribu juga sesuai ukuran.

Selain meminta agar peran pemerintah lebih maksimal untuk membantu memasarkan produk UMKM ini, pemerintah juga tambah Nicolaus diharapkan dapat memfasilitasi pihaknya untuk mengajarkan para anak-anak muda untuk belajar mengukir dan menganyam.

“Generasi sekarang tidak tau membuat anyaman dan ukiran. Pemerintah harus bantu promosi dan pelatihan untuk generasi muda agar mengetahui warisan budaya ini agar tidak punah,” ungkapnya.

Menjawab keluahan kurangnya pemasaran sehingga produk para pelaku UMKM kurang laku terjual, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, Yacop Yance Toisutta mengatakan hal ini jadi masalah karena daya beli masyarakat untuk barang-barang seni di Timika masih sangat kurang.

Bersama DPRD, ke depan pemerintah kata Yopi sudah mengusulkan mengenai produk UMKM yang dihasilkan oleh sanggar lokal ini bisa lebih diminati oleh masyarakat. Juga harus lebih banyak promosi ke luar daerah dan di dalam daerah ini.

“Saya harapkan setiap dinas di dalam ruangan kantor itu mesti ada ciri khas Amungme dan Kamoro, ada seni yang masuk ke situ, dengan itu kita bisa membantu mereka (para pelaku UMKM lokal),” pungkas Yopi.(*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed