oleh

Bupati Yahukimo Bantah Isu Keterlibatan TNI-Polri sebagai Guru dan Nakes

TIMIKA, pojokpapua.id – Menyikapi kasus penganiayaan dan pembantaian tenaga guru serta tenaga kesehatan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Anggruk pada Jumat (21/3/2025), Bupati Yahukimo, Didimus Yahuli SH, angkat bicara untuk memberikan klarifikasi.

Bupati Yahuli menyebutkan bahwa dalam peristiwa tersebut, satu orang meninggal dunia, tiga mengalami luka berat, empat mengalami luka ringan, dan tiga lainnya selamat. Ia juga menegaskan bahwa informasi yang sebelumnya beredar mengenai enam hingga tujuh korban meninggal tidak benar setelah dilakukan verifikasi langsung di lokasi kejadian.

“Karena keterbatasan alat kesehatan di sini, kami meminta pilot membawa korban ke Jayapura agar mendapatkan perawatan yang lebih baik. Kami turut berdukacita atas kepergian tenaga guru yang meninggal dunia. Semoga jasa, pengabdian, dan pelayanannya diterima di sisi Tuhan. Kepada keluarga yang ditinggalkan, semoga diberi ketabahan,” ungkap Bupati Yahuli.

Ia menambahkan bahwa peristiwa ini merupakan kejadian luar biasa yang mengejutkan banyak pihak. Sejak 64 tahun Injil masuk ke daerah tersebut, kejadian seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.

“Kami biasa merasakan keamanan dan ketenangan. Namun, kali ini kami semua, termasuk pemerintah, masyarakat, dan gereja, terkejut dan syok atas kejadian ini. Kami merasa hal ini seharusnya tidak terjadi di daerah terpencil seperti ini,” ujarnya.

Menanggapi isu yang beredar terkait status guru dan tenaga kesehatan yang bertugas di Anggruk, Bupati Yahuli menegaskan bahwa mereka bukan tenaga baru. Mereka telah direkrut sejak tahun 2021 melalui proses terbuka.

“Kami selalu menyampaikan di berbagai forum bahwa persyaratan rekrutmen adalah wajib beragama Kristen, percaya pada Yesus sebagai Tuhan, telah dibaptis, dan bersedia menjadi guru misionaris. Proses verifikasi berlangsung selama 30 hari di Jayapura untuk memastikan latar belakang pendidikan mereka yang minimal S1 atau S2 di bidang pendidikan atau disiplin ilmu lain yang relevan,” jelasnya.

Terkait tudingan bahwa guru dan tenaga kesehatan tersebut berasal dari TNI dan Polri, Bupati Yahuli dengan tegas membantahnya.

“Itu 100 persen tidak benar. Proses rekrutmen kami terbuka dan diketahui publik. Setelah rekrutmen, para pendeta mendoakan mereka, dan mereka menandatangani perjanjian kerja sama. Jika ada yang mengatakan mereka anggota TNI dan Polri serta memiliki bukti, silakan tunjukkan kepada saya. Kalau benar, saya siap mundur dari jabatan Bupati,” tegas Bupati Yahuli.

Ia menekankan bahwa pemerintah memiliki etika dan moral dalam memimpin serta tidak akan melakukan penyelundupan tenaga kerja sebagaimana yang dituduhkan.

“Kami ingin memastikan regenerasi guru yang siap menghadapi tantangan global. Kami tidak ingin masa depan daerah ini suram akibat keterbatasan kemampuan membaca dan menulis. Ini adalah upaya kami untuk mempersiapkan generasi yang lebih baik,” tutup Bupati Yahuli.(*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed