oleh

Wabup Rettob Ajak Masyarakat Wujudkan Mimpi Mimika Jadi Kabupaten Toleransi

TIMIKA – Wakil Bupati (Wabup) Mimika Johannes Rettob, SSos MM mengajak seluruh masyarakat untuk mewujudkan mimpi agar Kabupaten Mimika menjadi Kabupaten Toleransi di Indonesia. Untuk mewujudkan mimpi ini, seluruh element masyarakat harus terus saling mendukung dalam keberagaman suku, agama dan ras dalam satu wadah Eme Neme Yauware.

Ajakan untuk mewujudkan Mimika menjadi Kabupaten Toleransi diutarakan Wabup Rettob saat membuka kegiatan Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) Ke XI 2022 di Aula Masjid Ar Rahman, Jumat malam (18/03/2022).

Menurut Wabup Rettob, bila melihat adanya toleransi antar umat beragama serta jalinan kebersamaan yang sangat terjalin dengan baik selama ini di tengah masyarakat yang heterogen, maka Mimika pantas untuk menjadi Kabupaten Toleransi.

Mewujudkan mimpi ini juga, daerah sebutnya selalu berupaya untuk berkontribusi dan menjadi tuan rumah penyelenggaraan beberapa event keagamaan skala provinsi seperti Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) tahun 2020 lalu. Selain itu, dengan diadakanya MTQ setiap tahunya, Mimika juga sudah siap menjadi tuan rumah penyelenggara MTQ tingkat provinsi Papua. Ada juga Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) yang bisa juga diadakan di Timika. Dengan keikutsertaan kabupaten ini dalam agenda besar keagamaan, sudah menggambarkan jika daerah ini adalah miniatur Indonesia untuk toleransi umat beragama.

“Kita punya mimpi besar bagaimana suatu saat Mimika harus menjadi kabupaten toleransi Indonesia, dengan cara digelarnya MTQ seperti ini, Pesparawi, Pesparan. Kita ikut semua di dalam,
kita tunjukan rasa toleransi, solidaritas dari sisi agama juga,” ujarnya.

Lanjutnya, ketika membahas soal kabupaten toleransi, maka bukan saja akan mencakup soal agama saja, namun didalamnya juga ada budaya. Dengan adanya berbagai suku dan budaya di Timika, ia harap toleransi yang sudah terjalin dengan sangat baik selama ini bisa terus dipertahankan.

“Tolong sekali lagi kita bisa menjadi kota toleransi bukan saja soal agama tapi budaya. Mimika kota heterogen, saling menghargai suku bangsa,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama juga, Wabup Rettob berharap agar masyarakat tetap bersatu dalam keberagaman suku ini. Ini ia katakan sebab selama ini yang terjadi jika ada satu persoalan yang menyangkut oknum masyarakat ataupun pemuda, maka persoalan ini harus diselesaikan dengan melibatkan suku atau paguyuban.

“Saya pesan jangan masalah oknum, jangan bawa ke kerukunan atau suku, biarkan selesaikan persoalan sendiri dengan keluarga, hukum bukan kerukunan. Ada persoalan jangan mengundang kerukunan tapi keluarga, kapan akan jadi kabupaten kota toleransi kalau hal seperti ini terus terjadi,” imbuhnya. (*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed