TIMIKA – Penyakit mulut dan kuku pada ternak sedang mewabah di beberapa daerah dan menyerang hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing bahkan babi. Hal ini menjadi kekhawatiran masyarakat termasuk Mimika karena pasokan daging bahkan hewan ternak apalagi menjelang Idul Adha hampir semuanya didatangkan dari luar.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Mimika, drh Sabelina Fitriani yang ditemui, Jumat (13/5/2022) mengatakan penyakit mulut dan kuku ini gejalanya ada luka seperti lepuh di bagian kuku dan mulut ternak yang menyebabkan kematian.
Tingkat penyebaran dari penyakit ini dikatakan Sabelina, sangat tinggi mencapai 90 sampai 100 persen. Sedangkan tingkat kematian juga cukup tinggi hampir 70 persen. Sehingga persoalan ini tengah menjadi perhatian pemerintah untuk pencegahan pada daerah yang belum terkena wabah dan penanggulangan pada daerah yang sudah terkena wabah.
Timika kata dia juga harus waspada. Bukan hanya pada sapi dan kambing, tapi penyakit ini juga bisa menyerang babi sementara populasi babi di Papua terutama Timika sangat tinggi. Jika itu terjadi maka peternakan babi yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat bisa terdampak dan menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar.
Sebagai bentuk antisipasi, sesuai perintah dari pusat maka Disnak Keswan Mimika akan melakukan survey klinis di beberapa lokasi yang menjadi kawasan ternak sapi atau hewan ruminansia untuk melihat apakah ada ternak yang secara klinis terindikasi terserang PMK.
Munculnya penyakit ini dikatakan Sabelina menjadi ancaman besar. Apalagi kebutuhan daging dan ternak di Mimika sangat bergantung dari luar. Untuk Idul Adha biasanya ada 300 ekor sapi dan 300 ekor kambing yang didatangkan. Sementara beberapa wilayah sudah menutup lalu lintas ternak.
Pemda Mimika juga masih menunggu keputusan dari Pemprov Papua menyikapi wabah PMK. Sehingga beberapa permintaan dari supplier daging dan ternak sudah mengajukan rekomendasi pemasukan daging dan ternak namun masih dipending karena belum ada keputusan dari Pemprov. “Keputusan apakah kita tutup atau tetap terbuka,” katanya.
Sumber penularan dari PMK ini disinyalir akibat pemasukan ilegal daging dari luar, kemudian lalu lintas ternak sapi dan kambing. “Situasi ini dampaknya besar sekali ya, karena menyangkut kurban untuk umat Muslim. Kita masih menunggu keputusan karena otomatis tidak bisa masuk jika ada pelarangan sementara populasi sapi di Timika itu sangat kecil, hanya 300 itu sudah termasuk betina dan pedet yang belum bisa dipotong,” ujar Sabelina.(*)
Komentar