TIMIKA – Kopi memiliki potensi nilai ekonomi yang cukup besar dan berkelanjutan dengan meningkatnya permintaan. Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Mimika dan PT Freeport Indonesia berkolaborasi mengembangkan perkebunan komoditi kopi baik di wilayah dataran rendah maupun dataran tinggi dengan target hamparan kebun 300 hektar pada Tahun 2024.
Kini perkebunan kopi itu sudah membuahkan hasil. Sekitar 120 hektar kebun kopi sudah dibuka dan hampir 50 persen sudah mulai produksi. Para petani yang didominasi orang asli Papua memproduksi kopi.
Tidak sampai di situ, Pemda Mimika bersama PTFI juga memfasilitasi petani untuk promosi dan memasarkan kopi dengan membuka Pojok Kopi Papua bekerjasama pebisnis kopi yaitu Maoke Coffee, Waanal Coffee, Nereg Coffee & Roastery dan Amuro Coffee. Pojok Kopi Papua ini mulai diresmikan Rabu (27/4/2022) di Rimba Papua Hotel oleh Direktur PT Freeport Indonesia, Claus Wamafma dan Kepala Distanbun Mimika, Alice Wanma.

Tapi bukan hanya kopi Mimika tapi kopi dari 13 daerah di Papua seperti Wamena, Paniai, Yahukimo, Puncak, Waropen, Dogiyai dan daerah. Lewat Pojok Kopi Papua ini, PTFI membantu mempromosikan dan memberikan edukasi kepada publik bahwa Papua tidak hanya kaya dengan mineral seperti emas, tembaga minyak bumi, gas dan lainnya tetapi ada juga kopi yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat.
Saat ini dibuka pojok Kopi Papua di RPH,dan di Bandara Moses Kilangin dan secara bertahap di wilayah dan komunitas PTFI. Akan diperluas di area PTFI baik di terminal bus Gorong-gorong, kantor Jakarta dan tempat lain.
Direktur PT Freeport Indonesia, Claus Wamafma mengatakan, ini merupakan cara Freeport untuk ikut membesarkan dan mengkampanyekan kopi Papua terutama kopi dari Kabupaten Mimika. Selain itu juga, bagi kalangan internal PTFI, merupakan bagian dari quality of life bagi karyawan yang bisa menikmati kopi Papua secara gratis di Rimba Papu Hotel.
Bahkan kata Claus, masyarakat umum yang berkunjung ke RPH juga bisa mendapatkan kopi itu secara gratis. Ini merupakan salah satu bentuk promosi tidak hanya di kantor Freeport yang ada di Indonesia tapi juga sampai ke Amerika.
Dengan begitu menurut Claus, ketika kopi Papua khusus Mimika semakin dikenal maka permintaan akan meningkat dan bisa mendorong ekonomi masyarakat petani yang ada di Kabupaten Mimika bahkan Papua secara umum. Sebab kopi memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi.
Kepala Distanbun Mimika, Alice Wanma mengatakan produksi kopi oleh petani lokal mulai meningkat. Ratusan hektar lahan kopi sudah dikembangkan dan ditargetkan dalam tiga tahun kedepan bisa mencapai 300 hektar. Termasuk di wilayah pegunungan seperti Hoya, Alama dan Tembagapura.

Mimika kata dia memproduksi dua jenis kopi yaitu robusta di dataran rendah dan arabika di dataran tinggi. Kelompok petani kopi yang beranggotakan rata-rata 10 orang petani sudah terbentuk dan semakin serius untuk mengembangkan budidayanya.
Distanbun Mimika bersama PTFI dikatakan Alice sudah bekerjasama untuk mengembangkan komoditi unggulan lokal yaitu kopi, sagu, kakao dan kelapa. Sehingga kolaborasi program dilakukan seperti peltihan dan juga proses budidaya.
Dari Pemda Mimika dengan menggunakan dana Otonomi Khusus telah memperkuat petani mulai dari persiapan lahan, pengadaan bibit, penanaman sampai pengolahan pasca panen. Pemberian bantuan rumah jemur, alat pengupas kopi dan alat transportasi berupa kendaraan roda tiga.
Petani kopi menurutnya, semakin semangat karena sudah mulai merasakan hasil dari kopi. Salah seorang petani binaan di Kampung Mulia Kencana dalam enam bulan terakhir disebut bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp15 juta dari kopi. Apalagi kopi dari petani langsung dibeli dan ditampung oleh Distanbun kemudian diolah dan dikemas dengan produk Kopi Amuro.(*)
Komentar