TIMIKA – Dinas Kesehatan (Dinkes) diminta untuk segera memberikan perhatian untuk penanganan kesehatan di Kampung Fanamo Distrik Mimika Timur Jauh. Dinkes harus melaksanakan pelayanan kesehatan di sana sebab dalam kurun waktu sepekan, ada tiga anak yang meninggal dunia akibat sakit diare.
Kondisi kesehatan warga di Kampung Fanamo yang harus menjadi perhatian Dinkes terungkap saat Anggota DPRD Mimika, Thobias Maturbongs melaksanakan agenda reses tahap I di Kampung Fanamo dan Kampung Amamapare, Kamis-Jumat (24-25/03/2022).
Dari kunjungan resesnya ini, Politisi PDIP kepada pojokpapua.id, Senin (28/03/2022) mengungkapkan jika berdasarkan usulan dari warga setempat, ada pokok masalah saat ini yakni musim penyakit diare. Dari penyakit diare ini, bahkan satu pekan ini ada3 anak meninggal dunia.
Tiga anak yang meninggal dunia akibat penyakit diare ini sebutnya tidak bisa diselamatkan untuk mendapat penanganan kesehatan lebih lanjut. Walaupun ada puskesmas dan tenaga kesehatan, namun disebutkan warga, penangananya belum maksimal dengan keterbatasan obat. Belum lagi, kata dia akses kali yang sudah terkena limbah, maka sulit pasien dibawa ke distrik untuk selanjutnya dibawa ke Timika.
“Petugas kesehatan terbatas, obat untuk redakan sakit saja, saya minta perhatian Dinas kesehatan karena kepala kampung sangat mengharapkan agar bisa diperhatikan. Ini segera karena mendesak. Sudah ada tiga anak meninggal karena diare,” jelas Thobias.
Thobias yang juga Anggota Komisi A DPRD Mimika ini juga menyebut jika ada satu anak yang saat ini diare dan sedang dibawa ke kota. Warga sendiri berharap agar anak ini bisa selamat dan sembuh. Selain anak- anak, orang dewasa yang sakit dan sudah sekarat juga susah dibawa berobat ke kota.
Selanjutnya dari kunjungan ke Kampung Fanamo yakni tiga kampung ini, Thobias menyebut tempat kelahirannya ini memang butuh sentuhan pemerintah. Thobias yang mengingat orang tuanya, khsusnya bapaknya, dulu membuka sekolah pada April 1934.
Selain itu, di Fanamo juga ada Gereja Katholik yang loncengnya sudah rusak dan mesti diganti karena sudah pecah. Dengan dana pribadi, Thobias berjanji akan mengganti lonceng gereja tersebut.
Di Fanamo juga warga, mengalami kesulitan mendapatkan fasilitas air bersih untuk kepentingan dikonsumsi sehari-hari.
“Tidak ada air bersih lagi, Freeport dulu pernah bantu, sumur rembesan air hujan saja jadi air habis. Dulu kecil saya bisa minum air langsung dari sungai. Tapi sekarang air sungai sudah tercemar limbah tambang,” ungkapnya.
Mengenai persoalan sungai yang sudah tercemar air limbah ini, Thobias berharap pihak Freeport agar tidak tutup mata soal ini. Pendangkalan sungai ini sebutnya, menjadi tanggung jawab Freeport dan pemerintah juga karena masyarakat ada di sana.
Disebutkanya, selain di Fanamo, ia juga melakukan reses di Kampung Amamapare yang dulu disebut Kampung Karaka. Di Kampung Amamapare tidak banyak yang disampaikan. Satu hal yang disampaikan warga di sana soal kebutuhan air bersih dan harapan untuk pembangunan gereja Katholik.
“Warg di sana minta fasilitas air bersih dan bangunan gereja karena tidak ada gereja padahal mayoritas di pulau itu agama Katholik, selain pedagang di kios-kios, biasa sembahyang di Balai Desa,” ungkapnya.
Dari usulan warga ini tambah Thobias, ia akan masukan ke usulan Pokok Pikiran (Pokir) sehingga bisa diperhatikan tahun depan.
“Saya masukan di Pokir dewan untuk diperhatikan ke depan, dimasukan Pokir tahun depan air bersih di Kampung Amamapare dan Fanamo dan pembangunan gereja di Kampung Amamapare,” pungkas Thobias. (*)
Komentar