oleh

Sanggar Aiwamuta Kembangkan Ukiran Asli Kamoro

TIMIKA – Upaya untuk mempertahankan tradisi kearifan lokal lewat seni dan budaya sampai di era modern ini masih dilakukan oleh Anakletus Waukateyau. Upayanya ini sudah didukung oleh Pemerintah baik Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga serta Dinas Koperasi dan UKM.

Anakletus yang mengukir dan memahat kayu menjadi benda yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari ini membuka
sanggar Aiwamuta di Kelurahan Kamoro Jaya SP 1 Distrik Wania, tepatnya di RT 16 RW 7.

Saat dikunjungi Anggota Komisi B DPRD serta Dinas Koperasi dan UKM Mimika, Anakletus menunjukan berbagai koleksi hasil ukiranya.

Anekletus mengatakan sebagai orang Kamoro asli, kini sudah tidak banyak lagi generasi muda yang tertarik untuk mengukir atau menganyam noken. Sadar akan tradisi dan budaya leluhurnya ini bisa tergerus zaman yang semakin modern, maka Anakletus didampingi istrinya, bersikukuh untuk terus melakukan aktifitas mengukir dan menganyam noken.

Selain mengerjakan sendiri ukiran kayu menjadi barang-barang yang bisa digunakan seperti hiasan dinding, tombak, asbak, tempat buah, perahu dan tifa, di sanggar yang berlokasi di kediamannya sendiri ini, Anakletus juga membantu istrinya untuk menganyam noken. Khusus untuk noken ini dibuat dari daun pandan sesuai dengan khas wilayah pesisir pantai. Sementara untuk ukiran dibuat dari kayu besi.

Untuk harga yang ditawarkan pun bervariasi, mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah tergantung kepada ukuran dan kerumitan motifnya.

Menurut dia, untuk membuat satu buah patung membutuhkan waktu sekitar satu hingga tiga hari. Hal ini tergantung dari ukuran dan tingkat kesulitanya.

Namun, Anakletus sedikit menemui kendala untuk mendapatkan bahan baku kayu besi. Walaupun hutan di wilayah Timika ini melimpah, namun Anakletus terpaksa harus membeli kayu besi di beberapa mabeul sekitar SP1.

“Saya ini masih ada kendala cari bahan baku, karena harus beli kayu, papan dari mebeul, padahal kekayaan hutan melimpah, mohon ini jadi perhatian pemerintah untuk bantu saya,” ujarnya.

Anakletus juga mengakui jika dukungan dari pemerintah sampai saat ini sudah baik sebab ia pernah diikutkan dalam kegiatan
pelatihan yang digelar olehDinas Pariwisata. Sementara untuk Dinas Koperasi ia mendapatkan bantuan alat pahat. Bahkan pada moment PON XX kemarin, hasil karyanya juga difasilitasi oleh pemerintah untuk dijual.

Namun setelah agenda besar itu selesai, Anakletus berharap pemerintah tetap memberikanya dukungan karena seni dan budaya asli Kamoro ini harus tetap dilestarikan.

Selain kepada pemerintah, dukungan yang sama juga ia minta kepada pihak DPRD Mimika. Anakletus yang merasa beruntung karena didatangi langsung oleh Anggota DPRD Komisi B berharap setelah kunjungan ke tempatnya, ada langkah selanjutnya untuk pelestarian budaya Kamoro lewat ukiran dan anyaman noken.

“Terima kasih baru DPRD Mimika kali ini lihat masyarakat, ke tempat saya, saya mau ini tidak berhenti sampai di sini tapi ke depan bisa ada lagi supaya budaya Kamoro ini tetap bisa lestari,” ujarnya.

Ketua Komisi B DPRD Mimika Rizal Pata’dan mengatakan pihaknya memang melakukan kunjungan langsung ke masyarakat untuk melihat secara langsung, apakah ada bantuan yang diturunkan oleh dinas teknis kepada masyarakat ini ada atau tidak. Jika memang ada, hal ini tentu diapresiasi oleh wakil rakyat. Namun, ia harap bukan saja diberikan bantuan, namun dari sisi ekonomi khususnya, para pelaku usaha maupun seni yang menjalankan kegiatan skala rumahan ini terus diberikan pendampingan dan mencarikan pangsa pasar.

“Dinas tugasnya memang untuk pembinaan masyarakat di bidang ekonomi, kami harap terus ada pembinaan dan mencarikan pangsa pasar,” imbuhnya. (*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed