oleh

Kekurangan Dokter Spesialis Onkologi Bagai Bom Waktu di Papua

Penulis

NAMA : Angeliqie Naisilah Habibah.
NIM : 202410410110139
KELAS : Farmasi C

Papua, dengan kekayaan alamnya yang melimpah, justru di hadapkan pada permasalahan kesehatan yang serius. Salah satunya adalah kurangnya akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, termasuk penanganan terhadap penyakit kanker.

Kurangnya dokter spesialis onkologi menjadi masalah utama yang mengancam ribuan
nyawa penderita kanker di wilayah ini. Bahkan jumlah dokter spesialis di Indonesia terpantau sangat menghawatirkan.

Kekurangan dokter spesialis khususnya dokter spesialis onkologi tidak hanya terjadi di papua, melainkan terjadi hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Dapat di katakan, sekitar 59% dokter spesialis terkonsentrasi di Pulau Jawa, sehingga menyebabkan kurang lebih 30 provinsi di indonesia kekurangan dokter spesialis. Dan mungkin akan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menutup kekurangan tersebut.

Berdasarkan data yang di dapat, ketersediaan dokter bedah onkologi di setiap daerah sangat terbatas. Yang artinya tidak semua rumah sakit umum ataupun swasta yang berada di Indonesia memiliki dokter bedah onkologi. Dan sebagian besar tersebar di Jawa, Sumatra, dan beberapa di Sulawesi, lalu bagaimana dengan provinsi lainnya?.

Di Papua sendiri hanya terdapat 2 rumah sakit yang menyediakan pengobatan terhadap penderita kanker, namun dengan keterbatasan dokter dan pelayanan yang ada. Dalam satu bulan, RSUD Jayapura telah menangani 100 pasien kanker kemoterapi. Menurut dr. Jan (dilansir dari Papua.go.id , 21 November 2023), di satu sisi, pihak RSUD Jayapura tentu senang dan bangga bahwa Unit Kemoterapi semakin dipercaya dalam menangani pasien kanker. Tetapi di sisi lain, dengan keterbatasan SDM yang hanya dua dokter spesialis dan minimnya tenaga pendukung, ia mengakui sangat kekurangan dalam pelayanan. Belum lagi tingginya biaya obat- obatan yang sangat mahal, yang harus disediakan rumah sakit.

Maka tak heran mengapa kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia dengan jumlah 9,6 juta kematian per-tahun. Berdasarkan data WHO(World Health Organization), tercatat sekitar 10 juta penyakit kanker dimana 300 ribu diantaranya di Indonesia, sedangkan Mimika tercatat sekitar 249 penderita penyakit kanker.

Tahun 2020 saja, menurut data Global Cancer Statistics (Globocan) yang dirilis oleh WHO, di Indonesia terdapat 396.914 kasus kanker baru dengan 234.511 kematian yang disebabkan oleh kanker. Menurut data Kemenkes RI tahun 2022, angka kejadian penyakit kanker di Indonesia sebesar 136 orang per 100.000 penduduk dan menempati urutan ke-8 di Asia Tenggara.

Kanker bukanlah penyakit yang menular, namun kenapa sangat banyak orang terjangkit penyakit tersebut?. Kebanyakan orang sering menganggap sepele ketika mereka merasakan suatu gejala kecil dari penyakit yang tidak pernah mereka duga, dan baru hanya akan diperiksakan ketika sudah parah. Jelas kita mengetahui bahwa kanker adalah salah satu penyakit yang membutuhkan biaya yang banyak dalam pemeriksaan, perawatan hingga penyembuhan. Kanker sendiri tidak memandang bulu, dia bisa menjangkiti siapa saja, tidak ahany orang dewasa bahkan anak kecil pun memiliki potensi terkena penyakit kanker. Maka dari itu betapa pentingnya melakukan pencegahan kanker sedari dini.

Indonesia mengalami krisis kekurangan dokter, terutama pada Provinsi Papua. Dengan melihat keadaan saat ini dapat disimpulkan beberapa penyebab kurangnya tenaga medis atau dokter di Papua. Sulit dan ketatnya seleksi dalam program pendidikan dokter, serta minimnya
perguruan tinggi yang menyediakan program pendidikan kedokteran, sehingga menjadi penghambat menjadi dokter.

Begitu banyaknya peminat namun dengan kuota yang terabatas dan sedikit yang menjadikan masyarakat mudah purus semangat di tengah jalan dalam meraih mimpinya menjadi seorang dokter.

Tak hanya itu, biaya yang dikeluarkan untuk menempuh pendidikan kedokteran hingga ke spesialis beserta waktu yang ditempuh ubtuk menyelesaikan seluruh program yang ada tergolong sangat mahal jika di bandingkan dengan program studi lainnya.

Tak jarang pula seseorang yang sudah mempunyai kemampuan (spesialis) pun terkadang memiliki keinginan untuk berkontribusi di luar negeri dengan berbagai alasan, seperti keuangan hingga fasilitas yang tersedia.

Tidak perlu melihat jauh kepada orang-orang yang lebih memilih berkontribusi ke luar negeri, sebagian besar orang orang yang sudah sukses pun jarang kita temui yang kembali ke kampung halamannya dan lebih memilih melanjutkan karir di tempat lain. Lalu bagaimana dengan Papua sendiri?, jika setiap anak muda yang pergi mengejar pendidikan di luar pulau ini dan tak mau kembali untuk membangun pulaunya?!. Pemikiran seperti ini yang harus ditanamkan kepada anak anak sedari dini. Kalau bukan mereka lalu siapa yang akan melanjutkan.

Infrastruktur kesehatan yang kurang memadai, fasilitas kesehatan yang tidak memadai membuat beberapa penyakit menjadi sulit dan tidak optimal dalam pengobatan. Penyebab inilah yang juga menjadi pemicu kurangnya dokter di Papua, karena kurangnya fasilitas yang ada membuat dokter-dokter lebih memilih berkarir di kota besar seperti Jawa, Sulawesi, dan Sumatra yang memiliki fasilitas yang baik.

Namun, ada baiknya agar masyarakat juga di himbau untuk melakukan pencegahan kanker sejak dini, dengan menerapkan gaya hidup sehat, menjaga pola makan yang baik dan teratur, menghindari merokok dan asap rokok, juga dengan melakukan vaksinasi atau imunisasi untuk anak agar terhindar dari infeksi yang dapat menyebabkan kanker, seperti vaksin HPV untuk kanker serviks. Dan melakukan deteksi dini.

Dalam hal ini pemerintah juga memiliki andil untuk mencegah kaker, dengan memberikan penyuluhan maupun penerangan tentang kanker kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat mengetahui bagaimana mencegah kanker atau dapat mendeteksi secara dini melalui perilaku hidup sehat.

Sebagaimana yang telah dilakukan Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme Kamoro (YPMAK) yang bekerja sama dengan RS Kanker Dharmais dalam menggelar seminar kesehatan dengan tema “Waspada Kanker” untuk masyarakat umum. Serta deteksi dini kanker
cerviks cuma-cuma bagi masyarakat penerima manfaat dari dana Kemitraan PTFI. Yang dilakukan pada rabu, 23 Oktober 2024 di Timika.

Kekurangan dokter spesialis onkologi di Papua merupakan masalah serius yang membutuhkan perhatian serius. Pemerintah, tenaga medis, masyarakat, dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk mengatasi permasalahan ini. Dengan upaya bersama, diharapkan kualitas hidup para penderita kanker di Papua dapat ditingkatkan dan angka kematian akibat kanker di Indonesia terutama di Papua dapat ditekan.(*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed